Monday, March 22, 2010

Aku pernah..



Aku pernah tersungkur dek kuisan taufan cinta
Aku pernah kecewa dengan harapan hati sendiri

Aku pernah hanyut dilambung arus kejahilan

Aku pernah keseorangan hadapi semua



Aku pernah keliru siapakah aku sebenarnya

Aku pernah miliki hati yang tertutup kepada kebenaran

Aku pernah mengharungi kegelapan kala mencari
Aku pernah hidup dalam kepura-puraan



Aku pernah lari dari rahmat Tuhanku

Aku pernah memencilkan diri dari kekuatan

Aku pernah membiarkan hatiku lemah

Aku pernah menghukum diriku tanpa keadilan



Aku jua pernah cuba untuk melangkah ke hadapan

Aku jua pernah cuba melangkah tanpa menoleh ke belakang

Aku jua pernah cuba menembusi tembok kejahilan

Aku jua pernah gagal dalam segalanya



Namun kini mata hatiku terbuka jua

Terbuka untuk kebenaran

Terbuka untuk perubahan

Terbuka untuk mencuba menggapai peluang

Terbuka untuk menghargai kekuatan diri sendiri
Terbuka untuk menyedari sumber kekuatanku
Terbuka untuk memperbaiki segalanya
Terbuka untuk semarakkan hidupku demi Kasih Sayang-NYA

Terbuka untuk mencuba menggenggam sebuah impian yang kusangka bukan milikku selama ini



Namun...sejauh mana kecelikan hati ini akan terbuka

Namun...sejauh mana harapan ini akan mengharap

Namun...sejauh mana usahaku akan berkekalan
Namun...sejauh mana aku akan menjadi aku



"Ya ALLAH, janganlah Kau palingkan hati ini, jiwa ini, diri ini dari mengecap kemanisan hidayah-MU setelah Kau kurniakannya padaku...sekian lama aku mencarinya...teraba aku kala mencari...tersungkur aku di tepian rahmat-MU...terleka aku dengan perhiasan dunia...cukuplah dengan segalanya yang aku hadapi selama ini...hati ini tak mungkin akan selamanya bertahan menanggung beratnya ujian dari-MU...aku mohon pada-MU Ya ALLAH...damaikanlah hatiku dengan hidayah-MU"

Sunday, March 21, 2010

Read through your heart, my frenz =)



Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapka
n salam. 'Bolehkah saya masuk?' tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, 'Maafkanlah, ayahku sedang demam', kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, 'Siapakah itu wahai anakku?' 'Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,' tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi! bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. 'Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,' kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. 'Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?', tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. 'Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. 'Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,' kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. 'Engkau tidak senang mendengar khabar ini?', tanya Jibril lagi. 'Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?' 'Jangan khawatir, wahai Rasul ! Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,' kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. 'Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.' Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. 'Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?' Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. 'Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,' kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. 'Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.' Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera mendekatkan telinganya. 'Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku' 'peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.'

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. 'Ummatii,ummatii,ummatiii?' - 'Umatku, umatku, umatku' Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

~mampukah kita menyayangi dan mencintai seorang Manusia Agung yang selama ini menyayangi dan mencintai kita???

.....sedar atau tidak, kita disayangi dan dicintai oleh Baginda~